Senin, 13 Januari 2014

Attantion Defisit / Hyperactive Disorder



BAB I
PENDAHULUAN

Istilah  Attention Deficit Disorder  (ADD) pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1980an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) III edisi ketiga yang menjadi panduan psikiatris. Pada tahun 1994 istilah tersebut diganti  Attention Deficit Hyperactivity Disorder  (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Gejala intinya meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu (Konofal et al., 2008).
ADHD , juga dikenal sebagai attention deficit disorder ( ADD ) atau gangguan hiperkinetik , telah ada lebih lama daripada kebanyakan orang menyadari . Bahkan , suatu kondisi yang tampaknya mirip dengan ADHD digambarkan oleh Hippocrates , yang hidup 460-370 SM . Nama Attention Deficit Disorder pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980 dalam edisi ketiga Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders . Pada tahun 1994 definisi tersebut diubah untuk memasukkan tiga kelompok dalam ADHD : didominasi jenis hiperaktif - impulsif , jenis didominasi lalai , dan jenis gabungan .
Sejak dua puluh tahun terakhir gangguan pemusatan perhatian ini sering disebut sebagai ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders. Gangguan ini ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak lain yang seusia, Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
ADHD adalah gangguan perkembangan yang mempunyai onset gejala sebelum usia 7 tahun. Setelah usia anak, akan menetap saat remaja atau dewasa. Diperkirakan penderita ADHD akan menetap sekitar 15-20% saat dewasa. Sekitar 65% akan mengalami gejala sisa saat usia dewasa atau kadang secara perlahan menghilang. Angka kejadian ADHD saat usia dewasa sekitar 2-7%. Predisposisi kelainan ini adalah 25 persen pada keluarga dengan orang tua yang membakat. ( Artikel.Dr Widodo Judarwanto SpA ; DETEKSI DINI ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDERS),2009)
Proses sensori integrasi melibatkan alat-alat sensori yang dimiliki. Alat sensori atau alat indera indera dasar yang umumnya diketahui oleh masyarakat adalah penglihatan (visual), pendengaran (audiotory), pengecap (taste), penciuman (olfactory), dan peraba (tactile) namun sebenarnya terdapat alat sensori lain yang tidak diketahui oleh sebagian orang namun sangat berpengaruh, yaitu vestibular (sense of movement) dan Proprioceptif ( sense of mscle awareness). Ayres (2005, h.57) berpendapat bahwa dasar dari proses sensori integrasi adalah pengorganisasian yang baik pada input sensori taktil, vestibular dan proprioseptif dan anak dengan gangguan hiperaktif memiliki gangguan pada ketiga sensori tersebut.
Ayres (2005,h.40) lebih lanjut mengatakan bahwa taktil merupakan kemampuan seseorang untuk belajar dari lingkungan melalui perabaan.taktil juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar dari lingkungan melalui perabaan. Taktil juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat merasakan berat, halus, kasar, besar atau kecil. Pada saat-saat tertentu, sensori ini juga memilii fungsi untuk melindungi seseorang dari bahaya, misalnya segera menarik tangan saat memegang sesuatu yang panas. Sistem integrasi yang baik pada sensori taktil penting untuk mengembangkan kesadaran akan tubuh (body awareness), kemampuan motorik halus, merencanakan gerakan motorik (motorik planning) dan membuat seseorang nyaman dengan sentuhan
Indera vestibular memberikan informasi yang berhubungan dengan gerakan dan posisi kepala. Indera vestibular penting bagi perkembangan keseimbangan, koordinasi gerakan mata, konsentrasi, perasaan aman saat bergerak, perasaan aman secara emosional dan aspek-aspek yang berhubungan dengan bahasa. Proses pengorganisasian input vestibular yang tidak terkoordinasi dengan baik akan tampak saat seseorang memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi, koordinasi, mengikuti suatu petunjuk, membaca (yaitu saat harus memfokuskan mata pada suatu tulisan di buku maupun di papan tulis) atau terdapat masalah dalam koordinasi mata dan tangan.
Indra proprioseptif mempengaruhi kemampuan seseorang mempengaruhi keberadaan otot dan tulang sendi serta bagaimana mereka bergerak. Indra ini sangat penting untuk perkembangan body awareness. Indra proprioseptif tidak dapat mereka bergerak. Indra proprioseptif tidak dapat bekerja sendiri namun memerlukan input yang konstan dari indra vestibular dan tektil. Proses yang tidak terorganisasi dengan baik akan membuat seseorang nampak kikuk (clusy), sering jatuh atau tersandung, agresif,berjalan dengan jari-jari kaki, sering mengunyak makanan atau benda lain secara berlebihan dan sering mengalami kesulita dalam merencanakan gerakan. Nicholls (2006) mengatakan bahwa input sensor yang tidak terorganisasi dengan baik maka mengakibatkan kekacauan dalam otak sehingga mengakibatkan seseorang sulit untuk tenang, memuasatkan perhatian , dan belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ayres (dalam Dejean, 2006) yang mengungkapkan bahwa proses sensori intgrasi yang buruk pada anak akan membuat anak tersebut memiliki gangguan hiperaktivit.
Penanganan ADHD perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam suatu tim kerja yang terdiri dari dokter spesialis anak, psikiater, dokter spesialis saraf, psikolog, pendidik, dan pekerja sosial. Penanganan ADHD memerlukan evaluasi jangka panjang dan berulang untuk dapat menilai keberhasilan terapi. Penanganan ADHD biasanya berupa terapi obat, terapi perilaku, dan perbaikan lingkungan (Pliszka, 2007). Baik melalui sensori integrasi telah banyak dilakukan oleh para ahli untuk membantu anak dengan gangguan hiperaktivitas, hal ini sangat berguna dalam merangsang impuls sensori anak sehingga anak hiperaktif dapat mengkoordinasikan gerakan otot tubuh sesuai perintah dari otak (saputro, 2006)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

  1. Attention Deficit Disorder (ADD)
1.      Pengertian ADD
ADD (Attention Deficit Disorder) adalah anak yang mempunyai perhatian buruk atau pendek dan memiliki impulsivitas tidak sesuai dengan usia anak. Perbedaan dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah, jika anak ADD tidak muncul sikap hiperaktif maka anak dengan diagnosa ADHD memiliki sikap atau menunjukkan hiperaktifnya.
ADHD menurut baihaqi dan sugiarmin (2006,h.2) adalah istilah popular, kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Dalam bahasa indonesia ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian dan disertai hyperaktivitas. Lebih lanjut Baihaqi dan Sugiarmin menjelaskan bahwa secara uum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang memperhatikan simtom-simtom (ciri atau gejala) seperti kurang konsentrasi, hiperaktif dan implusif yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.
Kaplan (1997,h.729) berpendapat bahwa Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD merupakan gangguan perkembangan yang ditandai oeh rentang perhatian yang buruk yang tidak sesuai dengan perkembangan atau ganguan hiperaktivitas dan impulsivitas atau keduanya yang tidak sesuai dengan usia perkembangan nya. Pendapat tersebut sejalan dengan endapat nelson dan israel (2003,h.323) yang mendefinisikan ADHD sebagai gangguan pada tahap perkembangan anak yang disertai oleh gejala inatensi, impulsif, hiperaktif dan kadang-kadang disertai dengan aktifitas agresivitas yang tinggi.
DSM-IV menetapkan ada 3 tipe dari ADHD yaitu tipe yang dominan hiperaktif, tipe dominan gangguan perhatian dan tipe kombinasi dari keduanya. Anak yang mengalami gangguan ini sering mengalami masalah dalam pendidikannya, hubungan interpersonal dengan anggota keluarga dan teman sebaya, dan rasa harga diri yang rendah. ADHD juga sering bersamaan terjadinya dengan gangguan emosional, gangguan tingkah laku, gangguan berbahasa, dan gangguan belajar.
Dari beberapa pengertian diatas ADD dapat disimpulkan merupakan gangguan perkembangan yang dialami oleh anak-anak yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam berkonsentrasi karena rentang waktu yang pendek atau impulsif dan hiperaktif atau gabungan dari ketiganya.
2.    Penyebab ADHD
   Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa area kortek frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi ADHD. Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu, dua, tiga, atau seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD. Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk mengatur agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus, membuat keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan mengingat apa yang telah kita pelajari,serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek befungsi untuk mencegah agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain.
   Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan ”dis-inhibitor disorder” seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lain-lain. Sedangkan sistem limbik mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil, temperamen yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh apapun yang ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang normal mengatur perubahan emosional yang normal, level energi normal, rutinitas tidur normal, dan level stress yang normal. Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan terjadinya masalah pada hal tersebut
   Baihaqi dan sugiarmin (2006,h.13) mengemukaan bahwa penyebab gangguan ADHD telah banyak diteliti oleh para ahli namun belum ada satupun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada. Berbagai virus, zat0zat kimia berbahaya yanga banyak dijumpai di lingkungan sekitar, faktor genetika, masalah selama kehamilan ibu dan pada saat kelahiran, atau apa saja uang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan sebagai penyebab ADHD.
   Kaplan ( 197,h.729) juga menyatakan bahwa penebab gangguan ADHD belum diketahui pasti, namun demikian terdapat beberapa hipotesis berkaitan dengan penyebab gangguan ADHD, yaitu :
a.       Faktor Genetik
      Bukti-bukti dasar genetik untuk gangguan ADHD adalah lebih besarnya angka kesesuaian dalam kembar monozogotik dibanding kembar dizigotik. Orangtua biologis dari anak-anak dengan gangguan memiliki resiko lebih tinggi untuk memiliki gangguan ADHD dibandingkan orangtua adaftif.
b.      Cedera Otak
      Penelitian menggunakan tomografi emisi positron (PET; Positron Emissiion Tomography) telah menemukan penurunan aliran darah sereberal dan kecepatan metaboisme di daerah lobus frontalis anak-anak ADHD..Flanegen (2005,h.3) mengemukakan terganggunya fungsi lobus frontalis akan membuat anak tidak dapat menyaring dan memilih informasi yang diterima karena lobus frontalis adalah area ada otak yang mengupulkan input auditori dan visual yang berlebihan.
c.       Faktor Neurokimiawi
      Banyaknya neurotransmiter telah dihubungkan dengan gejala defisit atensi dan hiperaktivitas. Feldman (2003) mengemukakan bahwa neurotransmeter adalah bahan kimiawi yang mengirimkan pesan dari satu bagian otak ke bagian otak lainnya.
      Flanagen (2205,h.4) berpendapat bahwa dua neurotransmiter pada otak dapat berperan dalam regulasi jumlah pembangkitan dan perhatian. Kedua neurotraansmiter tersebut adalah noradrenalin dan dopamin. Konsumsi pengobatan stimulan mempengaruhi regulasi kedua neurotransmiter. Nonadrenalin membangkitkan sel berikutnya, sedangkan dopamin mengurangi respon yang tidak diinginkan
d.      Faktor Neurologis
      Ludwikowski (1998) menyebutkan bahwa perkembangan neurologis (neuro developmental) yang abnormal akan menimbulkan ermasalahan pada tingkat aktivitas, kekacauan dan kebingungan karena mudah terganggu (distractibility) dan impulsivitas yang termanifestasi dalam gangguan perkembangan ADHD.
e.       Faktor Psiososial
      Anak-anak dalam institusi atau sekolah formal seringkali terlihat terlalu banyak bergerak dan memiliki rentang atesu yang buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama,dan gejala dapat menghilang apabila pemutusan dihilangkan, seperti melalui adopsi atau penempatan dirumah penitipan. Kejadian yang menimbulkan strees, suatu gangguan dalam keseimbangan keluarga dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal atau berkelanjutan gangguan ADHD.
3.    Sensori Integrasi
   Ayres (2005,h.5) mendefinisikan bahwa sensori integrasi adalah proses neurologikal yang mengorganisasian sensori dalam tubuh seseorang dari lingkungan yang akan menimbulkan tubuh berfungsi secara efektif dalam lingkungannya. Buddy dkk (2002,h.4) lebih lanjut mengatakan bahwa sensori-sensori,diantaranya melalui sentuhan, gerakan,
Kesadaran tubuh dan gravitasinya, penciuman, pengecapan, penglihatan dan pendengaran, yang sangat berguna untuk menghasilkan respon yang bermakna
   Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sensori integrasi adalah suatu proses yang melibatkan proses neurologikal dalam mengorganisasikan sensori tubuh seseorang diantaranya melalui sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan gravitasinya, penciuman, pengecapan, penglihatan, dan pendengaran, yang diterima dari lingkungan sehingga dapat menghasilkan respon yang bermakna dan memungkinkan tubuh berfungsi secara efektif dalam lingkunganya
.

4.      Fungsi Sensori Integrasi
   Setiyono (2003) menyebutkan bahwa fungsi dari sensori integrasi adalah :
a.       Mengatur lalu lintas informasi
      Otak mengatur semua sensasi-sensai untuk bergerak, belajar dan berprilaku secara normal, selain itu otak juga menempatkan, menyortir dan mengendalikan sensasi-sensasi untuk membentuk persepsi, prilaku dan belajar.
b.      Menghidupkan dan mengembangkan otak
c.       Menggabungkan bagian-bagian kecil
d.      Sensasi dan Maknanya
      Sensasi ini adalah aliran impuls listrik biokimia  yang juga terlibat dalam memproduksi impuls. Itegrasi adalah apa yang mengubah sensasi menjadi persepsi
e.       Sensori integrasi dalam kehidupan
f.       Respon adaptif
      Adalah respon terhadap sensori yang berguna dan bertujuan. Dalam sebuah respon adaptif, dikuasai tantangan dan belajar suatu hal yang baru. Pada waktu yang bersamaan, bentuk respon membantu otak untuk berkembang dan mengatur sendiri
5.      Sistem Sensoris
   Aryes (2005) mengelompokkan sistem sensoris kedalam tiga kelompok, yaitu :
a.       Indrea-indra yang memberitahu mengenai yang terjadi diluar tubuh (exteroreceptors), yaitu : Penglihatan (Visual sense), pendengaran (Auditory sense), Perasa (Gustatory sense), Penciuman (Olfactory sense), Sentuhan (tectile sense).
b.      Indera yang memberitahukan bagaimana dan kemana tubuh bergerak, yaitu: osisi dan gerakan (Proprioseptive sense); dan gravitasi, pergrakan kepala serta keseimbangan
c.       Indera yang memberitahu mengenai hal-hal yang terjadi dalam tubuh melalui organ-organ dalam (introceptors), yaitu visceral sense
   Ayres (2005) menyebutkan bahwa dalam tubuh manusia, terdapat berbagai organ pengindera yang melaksanakan tugas sebagai bagian dari sistem sensoris, antara lain :
a.       Sistem penglihatan ( Visual sense)
b.      Sistem Pendengaran ( audiotory sense )
c.       Sistem perasa ( Gustatory sense )
d.      Sistem Penciuman (Olfactory sense)
e.       Sistem sentuhan atau peraba (tectile sense)
f.       Sistem posisi dan gerakan (Proprioceptive sense)
g.      Sistem gravitasi, gerakan kepala dan keseimbangan (Vestibular sense)
h.      Sistem organ dalam (Visecal sense)
            Berdasarkan pendapat para ahli diatas, proses sensori melalui beberapa tahapan yaitu regristrasi, orientasi, interpretasi dan eksekusi
5.      Lobus Frontalis
Lobus frontal adalah bagian depan belahan otak besar. Daerah anterior pada lobus frontal berhubungan dengan kemampuan berfikir dan konsentrasi. Lobus frontal juga membantu mengendalikan pergerakan otot terlatih, mood, perecanaan masa depan, penentuan target dan prioritas.

bawah ini terdapat gambar tentang letak lobus frontal







Area Lobus Frontal
Sumber : (www.kankerotak.org)
Fungsi lobus frontal
1)      Presental gyrus merupakan area motor kontralateral dari wajah, lengan, tungkai, batang, bertangggung jawab untuk aktivitas motorik volunteer.
2)      Area broca’s merupakan pusat bicara motorik pada lobus dominant
3)      Suplementari motor area untuk gerakan kotralateral kepala dan lirikan mata
4)      Area prefrontal merupakan pusat control inhibisi untuk miksi dan defekasi (Sloane E, 2004:169).

BAB III
PATOLOGI TERAPAN
A. Pengertian
ADHD adalah singkatan dari  Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian). Diperkirakan jenis gangguan ini sudah ada sejak lama, bahkan ciri gangguan ini mirip sekali seperti yang pernah digambarkan oleh Hippocrates (460-370 SM) (Konofal et al., 2008).
B.     Tanda dan Gejala
Karakteristik prinsip dari ADHD adalah inatensi, hiperaktifitas, dan impulsivitas yang mana ini terlihat pada kehidupan awal anak-anak. Biasanya gejala hiperaktifitas dan impulsivitas mendahului inatensi. Gejala yang berbeda dapat muncul pada tempat yang berbeda dan tergantung pada situasi. Anak-anak bisa jadi tidak dapat duduk dengan tenang di kelasnya atau suka mengacau di sekolah, sedangkan tipe inatensi sering terlihat melamun.
Anak yang impulsif suka bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu, sehingga sering dianggap memiliki masalah dengan kedisiplinan. Sedangkan anak-anak yang pasif atau lebih banyak diam dapat terlihat tidak memiliki motivasi. Semua anak ADHD terkadang terlihat gelisah, terkadang bertindak tanpa berpikir, terkadang dapat terlihat melamun. Saat hiperaktifitas anak, distraktibilitas, konsentrasi yang kurang, atau impulsivitas mulai berpengaruh pada penampilan anak di sekolah, hubungan sosial dengan anak lain, atau perilaku anak di rumah maka terjadinya ADHD dapat diperkirakan.
Anak yang hiperaktif biasanya akan terus bergerak. Mereka suka menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya, menyentuh atau bermain dengan apa saja yang dilihatnya, atau bicara tanpa henti. Anak tersebut menjadi sangat sulit untuk duduk diam saat makan ataupun di sekolah. Mereka suka menggeliat dan gelisah di tempat duduknya atau suka mengelilingi kamar. Mereka juga suka menggoyang-goyangkan kakinya, menyentuh segala sesuatu, atau membuat keributan dengan mengetuk-ketukan pensilnya. Sedangkan remaja atau orang dewasa yang hiperaktif lebih sering merasakan kegelisahan dalam dirinya. Mereka sering memilih untuk tetap sibuk dan melalukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan.
Anak yang impulsif terlihat tidak mampu berpikir sebelum bertindak, sering mengatakan sesuatu yang tidak sesuai tanpa dipikirkan dahulu, memperlihatkan emosinya tanpa mampu mengendalikannya. Impulsivitas ini membuat anak sulit menunggu sesuatu yang mereka inginkan atau menunggu giliran untuk bermain. Mereka dapat merampas mainan dari anak lainnya atau memukul anak lain saat mereka kalah. Pada remaja dan dewasa, mereka lebih memilih mengerjakan sesuatu dengan segera walaupun gajinya kecil dibandingkan melakukan sesuatu dengan gaji besar namun penghargaan yang diterimanya tidak segera didapat.
Anak dengan tipe inatensi susah memusatkan perhatiannya pada satu hal, perhatiannya mudah beralih pada suara-suara yang didengarnya atau apa saja yang dilihatnya, dan mudah bosan dengan tugasnya setelah beberapa menit. Bila mereka melakukan sesuatu yang sangat disukainya, mereka tidak kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tetapi pemusatan perhatian yang disengaja, perhatian untuk mengatur dan melengkapi tugas atau belajar sesuatu yang baru sangatlah sulit. Anak-anak tersebut sering lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya atau meninggalkan tugasnya di sekolah. Mereka juga sering lupa membawa buku atau salah membawa buku. Bila pekerjaan rumahnya sudah selesai, biasanya banyak sekali kesalahan dan bekas hapusan. Adanya pekerjaan rumah sering disertai frustasi baik pada anak maupun pada orang tua anak tersebut. Anak tipe ini juga jarang sekali dapat mengikuti perintah, sering kehilangan barang seperti mainan, pensil, buku, dan alat-alat untuk mengerjakan tugas; mudah beralih dari aktivitas yang belum diselesaikannya ke aktivitas lainnya.
Anak dengan tipe dominan inatensi sering terlihat melamun, mudah bingung, bergerak lambat, dan letargis. Mereka sulit memproses suatu informasi secara cepat dan akurat dibandingkan anak-anak lain. Saat gurunya memberikan perintah langsung maupun tertulis, anak-anak tipe ini membutuhkan waktu yang lama untuk mengerti apa yang harus mereka lakukan dan mereka seringkali membuat kesalahan. Walaupun anak terlihat dapat duduk diam, tidak mengacau, dan bahkan terlihat serius bekerja namun sesungguhnya anak-anak ini tidak mengerti sepenuhnya apa tugasnya. Anak tipe ini tidak memiliki masalah sosial.
Tanda dan gejala kesulitan untuk memusatkan perhatian yang dapat terjadi :
·         Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal-hal yang detil ataupun ketidakpedulian jika berbuat kesalahan dalam berbagai aktivitas.
·         Sering memiliki masalah dalam mempertahankan perhatian pada pekerjaan atau ketika bermain.
·         Tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung.
·         Susah mengikuti petunjuk yang diberikan dan sering gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah ataupun tugas-tugas lainnya.
·         Sering gagal dalam hal pengaturan tugas maupun aktifitas lainnya.
·         Menghindari atau tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan upaya mental secara terus menerus seperti halnya tugas sekolah maupun pekerjaan rumah.
·         Sering kehilangan sesuatu yang sedang dikerjakan, seperti buku, pensil, mainan, ataupun peralatan lainnya.
·         Mudah bingung.
·         Sering lupa.
Tanda dan gejala hiperaktif (perilaku yang tidak bisa diam) dan kebiasaan impulsif (kesulitan untuk menunda respon / dorongan untuk melakukan / mengatakan sesuatu yang tidak sabar) yang dapat terjadi :
·         Sering gelisah.
·         Sering meninggalkan kursi di kelas atau pada situasi lain yang mengharapkan ia untuk duduk.
·         Sering berlari atau memanjat, bertingkah secara berlebihan, atau jika ia remaja akan merasa gelisah secara berkelanjutan.
·         Sulit untuk bermain dengan tenang.
·         Selalu merasa harus pergi.
·         Berbicara secara berlebihan.
·         Menjawab secara berlebihan sebelum pertanyaan yang diberikan selesai dikatakan.
·         Sulit untuk menunggu giliran.
·         Sering mengganggu orang lain dalam pembicaraan atau permainan.
Kebiasaan ADHD bisa berbeda pada anak perempuan dan anak laki-laki :
·         Anak laki-laki lebih terlihat hiperaktif, sedangkan pada anak perempuan sering memperlihatkan kealpaan.
·         Pada anak perempuan yang kesulitan dalam memberikan perhatian sering tenggelam dalam imajinasi, tetapi pada anak laki-laki bertingkah tanpa tujuan atau selalu bermain.
·         Anak laki-laki cenderung kurang mau mengalah terhadap guru atau orang dewasa lainnya, sehingga kebiasaan itu sering menjadikannya terlihat menonjol
C.    Diagnosis
Berdasarkan gejala yang menonjol, ADHD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Tipe yang dominant gangguan pemusatan perhatian
2. Tipe yng dominant hiperaktivitas dan impulsivitas
3. Tipe campuran (gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian,
hiperaktivitas, dan impulsivitas)
D.    Penyebab ADHD pada anak
• Berubahnya fungsi dan anatomi otak
Untuk sementara, penyebab pasti dari ADHD masih menjadi misteri. Pengamatan terhadap otak mengungkapkan perbedaan penting pada struktur dan aktifitas otak pada orang normal dan orang dengan ADHD. Sebagai contoh, berkurangnya aktivitas pada area di otak yang mengontrol aktivitas dan perhatian.

• Keturunan
ADHD cenderung menurun dalam keluarga.


• Ibu yang merokok, penggunaan obat-obatan dan zat beracun lainnya.
Wanita hamil yang merokok memiliki peningkatan risiko memiliki anak dengan ADHD. Alkohol atau obat-obatan yang digunakan ketika hamil juga dapat menurunkan aktivitas dari sel saraf yang menghasilkan neurotransmitter . Wanita hamil yang terkena racun dari lingkungan, seperti polychlorinated biphenyls (PCBs), juga memungkinkan untuk memiliki anak dengan gejala ADHD. PCBs merupakan kimia industri yang digunakan secara luas sejak 1970an.
• Anak-anak yang terkena racun lingkungan.
Anak-anak pra sekolah yang terkena racun tertentu memiliki peningkatan risiko terkena ADHD. Misalnya racun PCBs.
E.     Faktor Risiko ADHD
Faktor resiko anak penderita ADHD atau ADD ternyata lebih banyak dipengaruhi kondisi sang ibu saat hamil, serta riwayat keluarga.
·         Ibu yang terkena racun (toksin) pada saat hamil.
·         Merokok, minuman beralkohol atau penggunaan obat-obatan ketika hamil.
·         Faktor keluarga dengan sejarah ADHD (keturunan) atau faktor perilaku tertentu dan rusaknya suasana hati.
·         Kelahiran prematur
F.     Cara Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah ADHD. Tapi juga ada beberapa langkah yang mungkin dapat menolong untuk mencegah penyebab ADHD dan memastikan anak-anak anda sedapat mungkin sehat secara fisik, mental, dan emosional :
·         Saat hamil, hindari segala sesuatu yang dapat membahayakan perkembangan janin. Jangan minum minuman beralkohol, merokok atau menggunakan obat-obatan.
·         Lindungi anak-anak anda dari polutan dan racun, termasuk asap rokok, kimia industri dan pertanian, dan kimia cat (pada beberapa gedung tua).
·         Selalu konsisten, buat batasan dan konsekuensinya secara jelas dari kebiasaan yang ditanamkan pada anak anda.
·         Ambil rutinitas kebersamaan anda dengan anak anda dengan ekspektasi yang jelas termasuk halnya waktu tidur, pada pagi hari, saat makan, saat memberikan tugas-tugas yang sederhana, dan saat untuk menonton.
·         Hindari hal lain yang anda kerjakan ketika berbicara dengan anak anda, buat kontak mata ketika memberikan petunjuk, dan puji anak anda setiap waktu setiap hari.
·         Berkerjasama dengan guru dan pengasuh untuk mengidentifikasi masalah sejak dini. Jika anak anda mengalami ADHD atau kondisi lain yang mengganggu belajarnya dan interaksi sosialnya, penanganan secara dini dapat menurunkan dampak dari kondisi tersebut

BAB IV
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Status Klinik
A.    Data – data medis
1.      Diagnosa medis    : ADD ( Attantion Difisit Disorder )
2.      Terapi Umum       : Saat ini anak sementara menjalani sekolah di SLB YPAC dan Fisioterapi di klinik YPAC

B.     Pemeriksaan Fisioterapi
1.      Anamnesis
a.       Anamnesis Umum
-          Anak
Nama                        : Akhmad Rifaldy
Umur                         : 10 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama                      : Islam
Alamat                                  : Jl. Datu Tiro no 25
-          orang tua
-    nama ayah                   : Khairudin
agama                          : Islam
pekerjaan                     : Melaut
-    nama ibu                      : Nur Haminah
agama                          : Islam
pekerjaan                     : Mengajar

b.      Anamnesis Khusus
-          riwayat kehamilan 
Pasien anak                               : 1
            Keadaan jasmani                     : Normal
-          riwayat persalinan
Keadaan ibu saat hamil           : Normal
yang menolong persalinan       : Bidan
umur kehamilan saat bersalin  : 9 bulan
berat badan bayi saat lahir      : 3 kg
Proses persalinan                     : Normal
Tempat persalinan                   : RS. Halimah 
-                                                                                                          Riwayat setelah lahir  
Anak dapat tengkurap                        : Bulan ke-11
Anak dapat duduk                  : Umur Lebih dari 1 tahun
Anak dapat berdiri                  : Umur 1 Tahun 3 Bulan
-          Kapan terjadi                          : Usia kelahiran 11 bulan
-                                                                                                          RPP     : Pasien mengalami Step pada usia kelahiran 11 bulan demam tinggi dan mulai mengalami gangguan, hasil gambar otak memperlihatkan ukuran lebih kecil dari pada yang normal. Sejak saat itu pasien mulai seperti kehilangan konsentrasi, tidak fokus dan melalukan sesuatu yang menurutnya menyenangkan untuk dia tanpa memperhatikan sekitarnya.
2.      Inspeksi
a.       Statis
-          Anak tiba di klinik Fisioterapi dengan di antar oleh keluarga
-          Tampak bola mata pasien jarang berkedip dan bahkan terfokus pada satu arah
-          Lengan semi Fleksi pada saat berjalan
-          Tidak dapat bicara sempurna / tidak jelas
-          Berjalan dengan menumpu pada salah satu tungkai dan berjalan tanpa mengikuti pola Gait
b.      Dinamis
-          Saat anak berjalan lebih cenderung pelan dan terlihat cemas
-          Anak belum terlalu berani naik turun tangga dan berjalan pada bentuk serta ukuran permukaan yang berbeda


3.      pemeriksaan Khusus
a.       tes sensorik
1.      fisioterapi memberikan rangsangan dengan mencubit pasien,kemudian di lihat reaksi dari mimik wajahnya
Hasil         : Normal
b.      tes tonus
Fisioterapi mempalpasi muscle belly pada ke empat anggota gerak
Hasil    : Keadaan otot normal
c.       tes refleks
Refleks Dalam                        : KPR                                      Hasil    : Normal
                                      APR                                      Hasil    : Normal
Refleks Super Fisial    : Reflek Kornea                       Hasil    : Normal
Refleks Patologis        : Babynsky                              Hasil    : Normal
                                      Caddock                               Hasil    : Normal
d.      tes keseimbangan
Tes keadaan Duduk    : pasien dalam posisi duduk kemudian fisioterapis mendorong tubuh anak kekiri, kekanan, kedepan, dan kebelakang.
Hasil    : Normal dengan Timbul sikap perlawanan (proteksi diri) dan merasa terganggu atas pelaksanaan tes
Tes keadaan berdiri     : pasien dalam posisi berdiri kemudian fisioterapis mendorong tubuh anak kekiri, kekanan, kedepan, dan kebelakang.
Hasil    : Normal dengan Timbul sikap perlawanan (proteksi diri) dan merasa terganggu atas pelaksanaan tes
e.       tes kognitif
Pasien diminta untuk bercerita/ditanya tentang dirinya.
Hasil    : anak tidak menimbulkan respon.
f.       Tes Koordinasi
Pasien diminta untuk mengikuti instruksi dari fisioterapis
Hasil    : Anak belum mampu mengikuti dengan baik

g.      Tes Gerak Fungsi Dasar
Pasien diminta untuk melakukan beberapa gerakan aktif misalnya seperti Fleksi-Ekstensi
Hasil    : Tidak bisa di lakukan karena anak cenderung cuek dengan perintah fisioterapi
Fisioterapis melakukan beberapa gerakan pasif seperti Fleksi-Ekstensi
Hasil    :Normal
C.    Diagnosa Fisioterapi
“Gangguan Tumbuh Kembang akibat Attantion Defisit Disorder .”
D.    Problematik Fisioterapi
1.      Hilangnya konsentrasi dan perhatian
2.      Ganguan keseimbangan
3.      Gangguan ADL
E.     Tujuan Fisioterapi
1.      Tujuan jangka panjang
a.  Meningkatkan kapasitas fisik dan kapasitas fungsional anak
b. Memperbaiki kemampuan ADL
2.      Tujuan jangka pendek
a.    Meningkatkan konsentrasi serta perhatian anak
b.    Memperbaiki keseimbangan
c.    Memperbaiki postur

F.     Intervensi Fisioterapi
Peran fisioterapi pada anak-anak dengan Attantion Defisit Hyperactive Disorder(ADHD) itu biasanya kita memfasilitasi dan mengarahkan ke aktifitas yg punya tujuan ke fungsi dan gerak
1.      Bermain
Tujuan : Memberi rasa aman dan nyaman kepada pasien serta menjaga ketenangan pasien
Teknik : Fisioterapis mencoba berkomunikasi dan memberikan beberapa mainan untuk merangsang tingkah laku dari pasien


2.      Latihan sensorik
Pasien dilatih dengan dibantu oleh fisioterapis, fisioterapis menjepit-jepitkan penjepit pada bagian anggota tubuh pasien.untuk sensoris halus terapis menyikatkan sikat yang bagian kasar maupun halus untuk melihat reaksi sensorik. Bisa juga memberikan stiker dan lihat reaksi pasien
3.      Latihan Koordinasi
Tujuan : Meningkatkan Koordinasi
Bagian : Motorik Kasar (Berjalan, dan berlari)
              Motorik Halus (Memegang Objek, atau menyusun balok ) 
Teknik :
Motori Kasar   : Terapis mengajak pasien untuk berjalan ataupun berlari
Motorik Halus : Pasien dalam keadaan duduk dan diajak bermain, seperti memindahkan benda ke tempat nya atau mengeluarkan benda pada tempatnya dengan suara fisioterapis agak besar dan lantang dengan memberi contoh jelas terlebih dahulu. 
4.      Latihan Melompat
Tujuan : Untuk Meningkatkan keseimbangan.
Teknik : Pasien diminta untuk berdiri diatas Trampolia dan bermain bersama terapis dengan cara melompat
5.      Latihan berjalan dan naik tangga.
Tujuan : Untuk melatih keberaniannya
Teknik : Pasien dilatih berjalan diparaler bar kemudian di letakan beberapa meja untuk merangsang anak bisa berjalan melewati jalur yang sudah di berikan tangga.diminta naik kemudian turun.
 Evaluasi
1.      Sesaat
Pasien nampak lelah dan berkeringat
2.      Berkala
Perkembangan pasien belum terlalu banyak. Pasien belum mampu berkoordinasi dengan baik disertai keseimbangan dan fokus anak yang masih kurang bagus

Follow UP
NO
Hari/tanggal
Problematik
Interverensi
Evaluasi
1
Kamis, 24 Oktober 2013
-         Gangguan Koordinasi
-         Kurangnya kemampuan konsentrasi
-         Ganguan keseimbangan
-         Gangguan ADL
-         Bermain
-         Latihan Membongkar/Memindahkan barang
-         Latihan melompat
-         Latihan melompat
-         Latihan berjalan serta naik turun tangga

-         Konsentrasi masih buruk
-         Komunikasi masih kurang
-         Keseimbangan masih kurang
-         Melompat tidak berani
-         Naik dan turun tangga masih takut
2
Sabtu, 26 Oktober 2013
-         Gangguan Koordinasi
-         Kurangnya kemampuan konsentrasi
-         Ganguan keseimbangan
-         Gangguan ADL
-         Bermain
-         Latihan Membongkar/Memindahkan barang
-         Latihan melompat
-         Latihan melompat
-         Latihan berjalan serta naik turun tangga

-         Konsentrasi masih kurang, tapi dalam 3 tahap permainan mulai bisa di ikuti
-         Komunikasi masih kurang
-         Keseimbangan masih kurang
-         Melompat tidak berani
-         Naik dan turun tangga kurang takut tapi dengan dibantu terapis
3
Selasa, 29 Oktober 2013
-         Gangguan Koordinasi
-         Kurangnya kemampuan konsentrasi
-         Ganguan keseimbangan
-         Gangguan ADL
-         Bermain
-         Latihan Membongkar/Memindahkan barang
-         Latihan melompat
-         Latihan berjalan serta naik turun tangga

-         Konsentrasi masih buruk
-         Dapat mengikuti beberapa main dalam 10x pengulangan hanya 2 kali bisa dia ikuti
-         Komunikasi masih kurang
-         Keseimbangan masih kurang
-         Melompat harus di dengan fisioterapis
-         Naik turun tangga tidak terlalu takut,tapi masih dengan waktu yang lama untuk turun dari tangga



Laporan Praktek Klinik
Yayasan Penyandang Anak Cacat Makassar



PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN TUMBUH KEMBANG AKIBAT ATTENTION DEFICIT DISORDER





                                           
OLEH :
Muhammad Yusrin Al Gifari
PO.71.3.241.11.1.024




KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN FISIOTERAPI
2013


LEMBAR PENGESAHAN

            Laporan praktek klinik dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Tumbuh Kembang Akibat Attention Deficit Disorder ” telah disetujui sebagai syarat telah menyelesaikan praktek klinik di YPAC Makassar yang dimulai pada tanggal 8 Oktober 2 November 2013.



Makassar, 28 Oktober 2013




Mengetahui :




Pembimbing Klinik                                                 Pembimbing Akademik 




          Dwi Rustianto, S.Ft.Physio                                   Drs. H. Anwar sarman, M. Kes
                                                                                           NIP.19550405 197702 1 002


Tidak ada komentar:

Posting Komentar