BAB I
PENDAHULUAN
Istilah Attention Deficit Disorder (ADD) pertama sekali diperkenalkan pada tahun
1980an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) III
edisi ketiga yang menjadi panduan psikiatris. Pada tahun 1994 istilah tersebut
diganti Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) merupakan gangguan
perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Gejala
intinya meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai
perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu (Konofal et al., 2008).
ADHD , juga
dikenal sebagai attention deficit disorder ( ADD ) atau gangguan hiperkinetik ,
telah ada lebih lama daripada kebanyakan orang menyadari . Bahkan , suatu
kondisi yang tampaknya mirip dengan ADHD digambarkan oleh Hippocrates , yang
hidup 460-370 SM . Nama Attention Deficit Disorder pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1980 dalam edisi ketiga Diagnostik dan Statistik Manual of Mental
Disorders . Pada tahun 1994 definisi tersebut diubah untuk memasukkan tiga
kelompok dalam ADHD : didominasi jenis hiperaktif - impulsif , jenis didominasi
lalai , dan jenis gabungan .
Sejak dua puluh
tahun terakhir gangguan pemusatan perhatian ini sering disebut sebagai ADHD (Attention Deficit
Hyperactive Disorders. Gangguan ini ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak
untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang
perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak lain yang seusia,
Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif.
Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku,
sosialisasi maupun komunikasi.
ADHD adalah
gangguan perkembangan yang mempunyai onset gejala sebelum usia 7 tahun. Setelah
usia anak, akan menetap saat remaja atau dewasa. Diperkirakan penderita ADHD
akan menetap sekitar 15-20% saat dewasa. Sekitar 65% akan mengalami gejala sisa
saat usia dewasa atau kadang secara perlahan menghilang. Angka kejadian ADHD saat usia dewasa sekitar 2-7%. Predisposisi
kelainan ini adalah 25 persen pada keluarga dengan orang tua yang membakat. ( Artikel.Dr Widodo Judarwanto SpA ; DETEKSI DINI ADHD (ATTENTION
DEFICIT HYPERACTIVE DISORDERS),2009)
Proses sensori integrasi melibatkan alat-alat
sensori yang dimiliki. Alat sensori atau alat indera indera dasar yang umumnya
diketahui oleh masyarakat adalah penglihatan (visual), pendengaran (audiotory),
pengecap (taste), penciuman (olfactory), dan peraba (tactile) namun sebenarnya
terdapat alat sensori lain yang tidak diketahui oleh sebagian orang namun
sangat berpengaruh, yaitu vestibular (sense of movement) dan Proprioceptif (
sense of mscle awareness). Ayres (2005, h.57) berpendapat bahwa dasar dari
proses sensori integrasi adalah pengorganisasian yang baik pada input sensori
taktil, vestibular dan proprioseptif dan anak dengan gangguan hiperaktif
memiliki gangguan pada ketiga sensori tersebut.
Ayres (2005,h.40) lebih lanjut mengatakan
bahwa taktil merupakan kemampuan seseorang untuk belajar dari lingkungan
melalui perabaan.taktil juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar
dari lingkungan melalui perabaan. Taktil juga mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk dapat merasakan berat, halus, kasar, besar atau kecil. Pada saat-saat
tertentu, sensori ini juga memilii fungsi untuk melindungi seseorang dari
bahaya, misalnya segera menarik tangan saat memegang sesuatu yang panas. Sistem
integrasi yang baik pada sensori taktil penting untuk mengembangkan kesadaran
akan tubuh (body awareness), kemampuan motorik halus, merencanakan gerakan
motorik (motorik planning) dan membuat seseorang nyaman dengan sentuhan
Indera vestibular memberikan informasi yang
berhubungan dengan gerakan dan posisi kepala. Indera vestibular penting bagi
perkembangan keseimbangan, koordinasi gerakan mata, konsentrasi, perasaan aman
saat bergerak, perasaan aman secara emosional dan aspek-aspek yang berhubungan
dengan bahasa. Proses pengorganisasian input vestibular yang tidak
terkoordinasi dengan baik akan tampak saat seseorang memiliki kesulitan untuk
berkonsentrasi, koordinasi, mengikuti suatu petunjuk, membaca (yaitu saat harus
memfokuskan mata pada suatu tulisan di buku maupun di papan tulis) atau
terdapat masalah dalam koordinasi mata dan tangan.
Indra proprioseptif mempengaruhi kemampuan
seseorang mempengaruhi keberadaan otot dan tulang sendi serta bagaimana mereka
bergerak. Indra ini sangat penting untuk perkembangan body awareness. Indra
proprioseptif tidak dapat mereka bergerak. Indra proprioseptif tidak dapat
bekerja sendiri namun memerlukan input yang konstan dari indra vestibular dan
tektil. Proses yang tidak terorganisasi dengan baik akan membuat seseorang
nampak kikuk (clusy), sering jatuh atau tersandung, agresif,berjalan dengan
jari-jari kaki, sering mengunyak makanan atau benda lain secara berlebihan dan
sering mengalami kesulita dalam merencanakan gerakan. Nicholls (2006)
mengatakan bahwa input sensor yang tidak terorganisasi dengan baik maka
mengakibatkan kekacauan dalam otak sehingga mengakibatkan seseorang sulit untuk
tenang, memuasatkan perhatian , dan belajar. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Ayres (dalam Dejean, 2006) yang mengungkapkan bahwa proses sensori
intgrasi yang buruk pada anak akan membuat anak tersebut memiliki gangguan
hiperaktivit.
Penanganan ADHD perlu melibatkan berbagai
disiplin ilmu dalam suatu tim kerja yang terdiri dari dokter spesialis anak,
psikiater, dokter spesialis saraf, psikolog, pendidik, dan pekerja sosial.
Penanganan ADHD memerlukan evaluasi jangka panjang dan berulang untuk dapat
menilai keberhasilan terapi. Penanganan ADHD biasanya berupa terapi obat,
terapi perilaku, dan perbaikan lingkungan (Pliszka, 2007). Baik melalui sensori
integrasi telah banyak dilakukan oleh para ahli untuk membantu anak dengan
gangguan hiperaktivitas, hal ini sangat berguna dalam merangsang impuls sensori
anak sehingga anak hiperaktif dapat mengkoordinasikan gerakan otot tubuh sesuai
perintah dari otak (saputro, 2006)
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
- Attention Deficit Disorder (ADD)
1.
Pengertian ADD
ADD (Attention Deficit Disorder) adalah anak yang mempunyai perhatian buruk atau pendek dan memiliki
impulsivitas tidak sesuai dengan usia anak. Perbedaan dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah, jika anak ADD tidak muncul sikap hiperaktif maka anak dengan
diagnosa ADHD memiliki sikap atau menunjukkan hiperaktifnya.
ADHD menurut baihaqi
dan sugiarmin (2006,h.2) adalah istilah popular, kependekan dari Attention
Deficit Hyperactivity Disorder. Dalam bahasa indonesia ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian dan disertai hyperaktivitas. Lebih lanjut Baihaqi dan
Sugiarmin menjelaskan bahwa secara uum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang
memperhatikan simtom-simtom (ciri atau gejala) seperti kurang konsentrasi,
hiperaktif dan implusif yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan sebagian besar
aktivitas hidup mereka.
Kaplan (1997,h.729)
berpendapat bahwa Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD merupakan
gangguan perkembangan yang ditandai oeh rentang perhatian yang buruk yang tidak
sesuai dengan perkembangan atau ganguan hiperaktivitas dan impulsivitas atau
keduanya yang tidak sesuai dengan usia perkembangan nya. Pendapat tersebut
sejalan dengan endapat nelson dan israel (2003,h.323) yang mendefinisikan ADHD
sebagai gangguan pada tahap perkembangan anak yang disertai oleh gejala inatensi,
impulsif, hiperaktif dan kadang-kadang disertai dengan aktifitas agresivitas
yang tinggi.
DSM-IV menetapkan
ada 3 tipe dari ADHD yaitu tipe yang dominan hiperaktif, tipe dominan gangguan
perhatian dan tipe kombinasi dari keduanya. Anak yang mengalami gangguan ini
sering mengalami masalah dalam pendidikannya, hubungan interpersonal dengan
anggota keluarga dan teman sebaya, dan rasa harga diri yang rendah. ADHD juga
sering bersamaan terjadinya dengan gangguan emosional, gangguan tingkah laku,
gangguan berbahasa, dan gangguan belajar.
Dari beberapa
pengertian diatas ADD dapat disimpulkan merupakan gangguan perkembangan yang
dialami oleh anak-anak yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam
berkonsentrasi karena rentang waktu yang pendek atau impulsif dan hiperaktif
atau gabungan dari ketiganya.
2.
Penyebab ADHD
Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui.
Namun dikatakan bahwa area kortek frontal, seperti frontrosubcortical pathways
dan bagian frontal kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori
bertanggung jawab terhadap patofisiologi ADHD. Mekanisme inhibitor di kortek,
sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat
mempengaruhi satu, dua, tiga, atau seluruh area ini sehingga muncul tipe dan
profil yang berbeda dari ADHD. Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal
berfungsi untuk mengatur agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang
terfokus, membuat keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan
mengingat apa yang telah kita pelajari,serta dapat menyesuaikan diri dengan
situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek befungsi untuk mencegah agar
kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak terkontrol, serta marah
pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan bahwa 70 % dari otak kita berfungsi
untuk menghambat 30 % yang lain.
Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut
dengan ”dis-inhibitor disorder” seperti perilaku impulsif, quick temper,
membuat keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lain-lain. Sedangkan sistem
limbik mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi
secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil, temperamen yang
meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh apapun yang ada di
sekitarnya, memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang normal mengatur
perubahan emosional yang normal, level energi normal, rutinitas tidur normal, dan
level stress yang normal. Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan terjadinya
masalah pada hal tersebut
Baihaqi dan sugiarmin (2006,h.13) mengemukaan
bahwa penyebab gangguan ADHD telah banyak diteliti oleh para ahli namun belum
ada satupun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada.
Berbagai virus, zat0zat kimia berbahaya yanga banyak dijumpai di lingkungan
sekitar, faktor genetika, masalah selama kehamilan ibu dan pada saat kelahiran,
atau apa saja uang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan
sebagai penyebab ADHD.
Kaplan ( 197,h.729) juga menyatakan bahwa
penebab gangguan ADHD belum diketahui pasti, namun demikian terdapat beberapa
hipotesis berkaitan dengan penyebab gangguan ADHD, yaitu :
a. Faktor Genetik
Bukti-bukti dasar genetik untuk gangguan
ADHD adalah lebih besarnya angka kesesuaian dalam kembar monozogotik dibanding
kembar dizigotik. Orangtua biologis dari anak-anak dengan gangguan memiliki
resiko lebih tinggi untuk memiliki gangguan ADHD dibandingkan orangtua adaftif.
b. Cedera Otak
Penelitian menggunakan tomografi emisi
positron (PET; Positron Emissiion Tomography) telah menemukan penurunan aliran
darah sereberal dan kecepatan metaboisme di daerah lobus frontalis anak-anak
ADHD..Flanegen (2005,h.3) mengemukakan terganggunya fungsi lobus frontalis akan
membuat anak tidak dapat menyaring dan memilih informasi yang diterima karena
lobus frontalis adalah area ada otak yang mengupulkan input auditori dan visual
yang berlebihan.
c. Faktor Neurokimiawi
Banyaknya neurotransmiter telah
dihubungkan dengan gejala defisit atensi dan hiperaktivitas. Feldman (2003)
mengemukakan bahwa neurotransmeter adalah bahan kimiawi yang mengirimkan pesan
dari satu bagian otak ke bagian otak lainnya.
Flanagen (2205,h.4) berpendapat bahwa dua
neurotransmiter pada otak dapat berperan dalam regulasi jumlah pembangkitan dan
perhatian. Kedua neurotraansmiter tersebut adalah noradrenalin dan dopamin.
Konsumsi pengobatan stimulan mempengaruhi regulasi kedua neurotransmiter.
Nonadrenalin membangkitkan sel berikutnya, sedangkan dopamin mengurangi respon
yang tidak diinginkan
d. Faktor Neurologis
Ludwikowski (1998) menyebutkan bahwa
perkembangan neurologis (neuro developmental) yang abnormal akan menimbulkan
ermasalahan pada tingkat aktivitas, kekacauan dan kebingungan karena mudah
terganggu (distractibility) dan impulsivitas yang termanifestasi dalam gangguan
perkembangan ADHD.
e. Faktor Psiososial
Anak-anak dalam institusi atau sekolah
formal seringkali terlihat terlalu banyak bergerak dan memiliki rentang atesu
yang buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama,dan
gejala dapat menghilang apabila pemutusan dihilangkan, seperti melalui adopsi
atau penempatan dirumah penitipan. Kejadian yang menimbulkan strees, suatu
gangguan dalam keseimbangan keluarga dan faktor yang menyebabkan kecemasan
berperan dalam awal atau berkelanjutan gangguan ADHD.
3.
Sensori Integrasi
Ayres (2005,h.5) mendefinisikan bahwa sensori
integrasi adalah proses neurologikal yang mengorganisasian sensori dalam tubuh
seseorang dari lingkungan yang akan menimbulkan tubuh berfungsi secara efektif
dalam lingkungannya. Buddy dkk (2002,h.4) lebih lanjut mengatakan bahwa
sensori-sensori,diantaranya melalui sentuhan, gerakan,
Kesadaran tubuh dan
gravitasinya, penciuman, pengecapan, penglihatan dan pendengaran, yang sangat
berguna untuk menghasilkan respon yang bermakna
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa sensori integrasi adalah suatu proses yang melibatkan proses
neurologikal dalam mengorganisasikan sensori tubuh seseorang diantaranya
melalui sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan gravitasinya, penciuman,
pengecapan, penglihatan, dan pendengaran, yang diterima dari lingkungan
sehingga dapat menghasilkan respon yang bermakna dan memungkinkan tubuh
berfungsi secara efektif dalam lingkunganya
.
4.
Fungsi Sensori Integrasi
Setiyono (2003) menyebutkan bahwa fungsi dari
sensori integrasi adalah :
a. Mengatur lalu lintas informasi
Otak mengatur semua sensasi-sensai untuk
bergerak, belajar dan berprilaku secara normal, selain itu otak juga
menempatkan, menyortir dan mengendalikan sensasi-sensasi untuk membentuk
persepsi, prilaku dan belajar.
b. Menghidupkan dan mengembangkan otak
c. Menggabungkan bagian-bagian kecil
d. Sensasi dan Maknanya
Sensasi ini adalah aliran impuls listrik
biokimia yang juga terlibat dalam
memproduksi impuls. Itegrasi adalah apa yang mengubah sensasi menjadi persepsi
e. Sensori integrasi dalam kehidupan
f. Respon adaptif
Adalah respon terhadap sensori yang
berguna dan bertujuan. Dalam sebuah respon adaptif, dikuasai tantangan dan
belajar suatu hal yang baru. Pada waktu yang bersamaan, bentuk respon membantu
otak untuk berkembang dan mengatur sendiri
5.
Sistem Sensoris
Aryes (2005) mengelompokkan sistem sensoris
kedalam tiga kelompok, yaitu :
a. Indrea-indra yang memberitahu mengenai yang
terjadi diluar tubuh (exteroreceptors), yaitu : Penglihatan (Visual sense),
pendengaran (Auditory sense), Perasa (Gustatory sense), Penciuman (Olfactory
sense), Sentuhan (tectile sense).
b. Indera yang memberitahukan bagaimana dan kemana
tubuh bergerak, yaitu: osisi dan gerakan (Proprioseptive sense); dan gravitasi,
pergrakan kepala serta keseimbangan
c. Indera yang memberitahu mengenai hal-hal yang
terjadi dalam tubuh melalui organ-organ dalam (introceptors), yaitu visceral
sense
Ayres (2005) menyebutkan bahwa dalam tubuh
manusia, terdapat berbagai organ pengindera yang melaksanakan tugas sebagai
bagian dari sistem sensoris, antara lain :
a. Sistem penglihatan ( Visual sense)
b. Sistem Pendengaran ( audiotory sense )
c. Sistem perasa ( Gustatory sense )
d. Sistem Penciuman (Olfactory sense)
e. Sistem sentuhan atau peraba (tectile sense)
f. Sistem posisi dan gerakan (Proprioceptive sense)
g. Sistem gravitasi, gerakan kepala dan keseimbangan
(Vestibular sense)
h. Sistem organ dalam (Visecal sense)
Berdasarkan pendapat para ahli
diatas, proses sensori melalui beberapa tahapan yaitu regristrasi, orientasi,
interpretasi dan eksekusi
5.
Lobus Frontalis

bawah ini terdapat gambar tentang letak lobus frontal
Area Lobus Frontal
Sumber : (www.kankerotak.org)
Fungsi lobus frontal
1) Presental gyrus merupakan area motor kontralateral dari wajah,
lengan, tungkai, batang, bertangggung jawab untuk aktivitas motorik volunteer.
2) Area broca’s merupakan pusat bicara motorik pada lobus dominant
3) Suplementari motor area untuk gerakan kotralateral kepala dan
lirikan mata
4) Area prefrontal merupakan
pusat control inhibisi untuk miksi dan defekasi (Sloane E, 2004:169).
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
A. Pengertian
ADHD adalah
singkatan dari Attention Deficit
Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention
Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian). Diperkirakan jenis gangguan ini sudah ada sejak lama,
bahkan ciri gangguan ini mirip sekali seperti yang pernah digambarkan oleh
Hippocrates (460-370 SM) (Konofal et al., 2008).
B.
Tanda dan Gejala
Karakteristik prinsip dari ADHD adalah inatensi,
hiperaktifitas, dan impulsivitas yang mana ini terlihat pada kehidupan awal
anak-anak. Biasanya gejala hiperaktifitas dan impulsivitas mendahului inatensi.
Gejala yang berbeda dapat muncul pada tempat yang berbeda dan tergantung pada
situasi. Anak-anak bisa jadi tidak dapat duduk dengan tenang di kelasnya atau
suka mengacau di sekolah, sedangkan tipe inatensi sering terlihat melamun.
Anak yang impulsif suka bertindak tanpa berpikir terlebih
dahulu, sehingga sering dianggap memiliki masalah dengan kedisiplinan.
Sedangkan anak-anak yang pasif atau lebih banyak diam dapat terlihat tidak
memiliki motivasi. Semua anak ADHD terkadang terlihat gelisah, terkadang
bertindak tanpa berpikir, terkadang dapat terlihat melamun. Saat hiperaktifitas
anak, distraktibilitas, konsentrasi yang kurang, atau impulsivitas mulai
berpengaruh pada penampilan anak di sekolah, hubungan sosial dengan anak lain,
atau perilaku anak di rumah maka terjadinya ADHD dapat diperkirakan.
Anak yang hiperaktif biasanya akan terus bergerak. Mereka
suka menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya, menyentuh atau bermain dengan
apa saja yang dilihatnya, atau bicara tanpa henti. Anak tersebut menjadi sangat
sulit untuk duduk diam saat makan ataupun di sekolah. Mereka suka menggeliat
dan gelisah di tempat duduknya atau suka mengelilingi kamar. Mereka juga suka
menggoyang-goyangkan kakinya, menyentuh segala sesuatu, atau membuat keributan
dengan mengetuk-ketukan pensilnya. Sedangkan remaja atau orang dewasa yang
hiperaktif lebih sering merasakan kegelisahan dalam dirinya. Mereka sering
memilih untuk tetap sibuk dan melalukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan.
Anak yang impulsif terlihat tidak mampu berpikir sebelum
bertindak, sering mengatakan sesuatu yang tidak sesuai tanpa dipikirkan dahulu,
memperlihatkan emosinya tanpa mampu mengendalikannya. Impulsivitas ini membuat
anak sulit menunggu sesuatu yang mereka inginkan atau menunggu giliran untuk
bermain. Mereka dapat merampas mainan dari anak lainnya atau memukul anak lain
saat mereka kalah. Pada remaja dan dewasa, mereka lebih memilih mengerjakan
sesuatu dengan segera walaupun gajinya kecil dibandingkan melakukan sesuatu
dengan gaji besar namun penghargaan yang diterimanya tidak segera didapat.
Anak dengan tipe inatensi susah memusatkan perhatiannya
pada satu hal, perhatiannya mudah beralih pada suara-suara yang didengarnya
atau apa saja yang dilihatnya, dan mudah bosan dengan tugasnya setelah beberapa
menit. Bila mereka melakukan sesuatu yang sangat disukainya, mereka tidak
kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tetapi pemusatan perhatian yang
disengaja, perhatian untuk mengatur dan melengkapi tugas atau belajar sesuatu
yang baru sangatlah sulit. Anak-anak tersebut sering lupa mengerjakan pekerjaan
rumahnya atau meninggalkan tugasnya di sekolah. Mereka juga sering lupa membawa
buku atau salah membawa buku. Bila pekerjaan rumahnya sudah selesai, biasanya
banyak sekali kesalahan dan bekas hapusan. Adanya pekerjaan rumah sering
disertai frustasi baik pada anak maupun pada orang tua anak tersebut. Anak tipe
ini juga jarang sekali dapat mengikuti perintah, sering kehilangan barang
seperti mainan, pensil, buku, dan alat-alat untuk mengerjakan tugas; mudah beralih
dari aktivitas yang belum diselesaikannya ke aktivitas lainnya.
Anak dengan tipe dominan inatensi sering terlihat
melamun, mudah bingung, bergerak lambat, dan letargis. Mereka sulit memproses
suatu informasi secara cepat dan akurat dibandingkan anak-anak lain. Saat
gurunya memberikan perintah langsung maupun tertulis, anak-anak tipe ini
membutuhkan waktu yang lama untuk mengerti apa yang harus mereka lakukan dan
mereka seringkali membuat kesalahan. Walaupun anak terlihat dapat duduk diam,
tidak mengacau, dan bahkan terlihat serius bekerja namun sesungguhnya anak-anak
ini tidak mengerti sepenuhnya apa tugasnya. Anak tipe ini tidak memiliki
masalah sosial.
Tanda dan gejala kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang dapat terjadi :
·
Sering gagal dalam memberikan
perhatian pada hal-hal yang detil ataupun ketidakpedulian jika berbuat
kesalahan dalam berbagai aktivitas.
·
Sering memiliki masalah dalam
mempertahankan perhatian pada pekerjaan atau ketika bermain.
·
Tidak mendengarkan ketika
berbicara secara langsung.
·
Susah mengikuti petunjuk yang
diberikan dan sering gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah ataupun
tugas-tugas lainnya.
·
Sering gagal dalam hal
pengaturan tugas maupun aktifitas lainnya.
·
Menghindari atau tidak menyukai
tugas-tugas yang membutuhkan upaya mental secara terus menerus seperti halnya
tugas sekolah maupun pekerjaan rumah.
·
Sering kehilangan sesuatu yang
sedang dikerjakan, seperti buku, pensil, mainan, ataupun peralatan lainnya.
·
Mudah bingung.
·
Sering lupa.
Tanda dan gejala hiperaktif (perilaku yang tidak bisa diam) dan
kebiasaan impulsif (kesulitan untuk menunda respon / dorongan untuk melakukan /
mengatakan sesuatu yang tidak sabar) yang dapat terjadi :
·
Sering gelisah.
·
Sering meninggalkan kursi di
kelas atau pada situasi lain yang mengharapkan ia untuk duduk.
·
Sering berlari atau memanjat,
bertingkah secara berlebihan, atau jika ia remaja akan merasa gelisah secara
berkelanjutan.
·
Sulit untuk bermain dengan
tenang.
·
Selalu merasa harus pergi.
·
Berbicara secara berlebihan.
·
Menjawab secara berlebihan
sebelum pertanyaan yang diberikan selesai dikatakan.
·
Sulit untuk menunggu giliran.
·
Sering mengganggu orang lain
dalam pembicaraan atau permainan.
Kebiasaan ADHD bisa berbeda pada anak perempuan dan anak laki-laki :
·
Anak laki-laki lebih terlihat
hiperaktif, sedangkan pada anak perempuan sering memperlihatkan kealpaan.
·
Pada anak perempuan yang
kesulitan dalam memberikan perhatian sering tenggelam dalam imajinasi, tetapi
pada anak laki-laki bertingkah tanpa tujuan atau selalu bermain.
·
Anak laki-laki cenderung kurang
mau mengalah terhadap guru atau orang dewasa lainnya, sehingga kebiasaan itu
sering menjadikannya terlihat menonjol
C. Diagnosis
Berdasarkan
gejala yang menonjol, ADHD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1.
Tipe yang dominant gangguan pemusatan perhatian
2.
Tipe yng dominant hiperaktivitas dan impulsivitas
3.
Tipe campuran (gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian,
hiperaktivitas,
dan impulsivitas)
D. Penyebab ADHD pada anak
• Berubahnya fungsi dan anatomi otak
Untuk sementara, penyebab pasti dari ADHD masih menjadi misteri. Pengamatan
terhadap otak mengungkapkan perbedaan penting pada struktur dan aktifitas otak
pada orang normal dan orang dengan ADHD. Sebagai contoh, berkurangnya aktivitas
pada area di otak yang mengontrol aktivitas dan perhatian.
• Keturunan
• Keturunan
ADHD cenderung menurun dalam keluarga.
• Ibu yang merokok, penggunaan obat-obatan dan zat beracun lainnya.
Wanita hamil yang merokok memiliki peningkatan risiko memiliki anak dengan
ADHD. Alkohol atau obat-obatan yang digunakan ketika hamil juga dapat
menurunkan aktivitas dari sel saraf yang menghasilkan neurotransmitter . Wanita
hamil yang terkena racun dari lingkungan, seperti polychlorinated biphenyls
(PCBs), juga memungkinkan untuk memiliki anak dengan gejala ADHD. PCBs
merupakan kimia industri yang digunakan secara luas sejak 1970an.
• Anak-anak yang terkena racun lingkungan.
Anak-anak pra sekolah yang terkena racun tertentu memiliki peningkatan
risiko terkena ADHD. Misalnya racun PCBs.
E. Faktor Risiko ADHD
Faktor resiko anak penderita ADHD atau ADD ternyata lebih banyak dipengaruhi
kondisi sang ibu saat hamil, serta riwayat keluarga.
·
Ibu yang terkena racun (toksin) pada saat hamil.
·
Merokok, minuman beralkohol atau penggunaan obat-obatan ketika hamil.
·
Faktor keluarga dengan sejarah ADHD (keturunan) atau faktor perilaku
tertentu dan rusaknya suasana hati.
·
Kelahiran prematur
F.
Cara Pencegahan
Tidak ada cara untuk
mencegah ADHD. Tapi juga ada beberapa langkah yang mungkin dapat menolong untuk
mencegah penyebab ADHD dan memastikan anak-anak anda sedapat mungkin sehat
secara fisik, mental, dan emosional :
·
Saat hamil, hindari segala sesuatu yang dapat membahayakan perkembangan
janin. Jangan minum minuman beralkohol, merokok atau menggunakan obat-obatan.
·
Lindungi anak-anak anda dari polutan dan racun, termasuk asap rokok, kimia
industri dan pertanian, dan kimia cat (pada beberapa gedung tua).
·
Selalu konsisten, buat batasan dan konsekuensinya secara jelas dari
kebiasaan yang ditanamkan pada anak anda.
·
Ambil rutinitas kebersamaan anda dengan anak anda dengan ekspektasi yang
jelas termasuk halnya waktu tidur, pada pagi hari, saat makan, saat memberikan
tugas-tugas yang sederhana, dan saat untuk menonton.
·
Hindari hal lain yang anda kerjakan ketika berbicara dengan anak anda, buat
kontak mata ketika memberikan petunjuk, dan puji anak anda setiap waktu setiap
hari.
·
Berkerjasama dengan guru dan pengasuh untuk mengidentifikasi masalah sejak
dini. Jika anak anda mengalami ADHD atau kondisi lain yang mengganggu
belajarnya dan interaksi sosialnya, penanganan secara dini dapat menurunkan
dampak dari kondisi tersebut
BAB IV
PENATALAKSANAAN
FISIOTERAPI
Status Klinik
A. Data –
data medis
1. Diagnosa medis :
ADD ( Attantion Difisit Disorder )
2. Terapi Umum :
Saat ini anak sementara menjalani sekolah di SLB YPAC dan Fisioterapi di klinik
YPAC
B. Pemeriksaan
Fisioterapi
1.
Anamnesis
a.
Anamnesis Umum
-
Anak
Nama :
Akhmad Rifaldy
Umur :
10 tahun
Jenis kelamin :
laki-laki
Agama :
Islam
Alamat :
Jl. Datu Tiro no 25
-
orang tua
-
nama ayah : Khairudin
agama :
Islam
pekerjaan :
Melaut
-
nama ibu : Nur
Haminah
agama :
Islam
pekerjaan :
Mengajar
b.
Anamnesis Khusus
-
riwayat kehamilan
Pasien anak :
1
Keadaan jasmani : Normal
-
riwayat persalinan
Keadaan ibu saat hamil : Normal
yang menolong persalinan :
Bidan
umur kehamilan saat bersalin :
9 bulan
berat badan bayi saat lahir : 3 kg
Proses persalinan :
Normal
Tempat persalinan :
RS. Halimah
-
Riwayat setelah lahir
Anak dapat tengkurap : Bulan ke-11
Anak dapat duduk :
Umur Lebih dari 1 tahun
Anak dapat berdiri :
Umur 1 Tahun 3 Bulan
-
Kapan terjadi : Usia kelahiran 11
bulan
-
RPP : Pasien mengalami Step pada usia kelahiran
11 bulan demam tinggi dan mulai mengalami gangguan, hasil gambar otak
memperlihatkan ukuran lebih kecil dari pada yang normal. Sejak saat itu pasien
mulai seperti kehilangan konsentrasi, tidak fokus dan melalukan sesuatu yang
menurutnya menyenangkan untuk dia tanpa memperhatikan sekitarnya.
2.
Inspeksi
a.
Statis
-
Anak tiba di klinik Fisioterapi
dengan di antar oleh keluarga
-
Tampak bola mata pasien jarang berkedip dan bahkan
terfokus pada satu arah
-
Lengan semi
Fleksi pada saat berjalan
-
Tidak dapat bicara sempurna /
tidak jelas
-
Berjalan
dengan menumpu pada salah satu tungkai dan berjalan tanpa mengikuti pola Gait
b.
Dinamis
-
Saat anak berjalan lebih cenderung pelan dan terlihat cemas
-
Anak belum terlalu berani naik turun tangga dan berjalan
pada bentuk serta ukuran permukaan yang berbeda
3.
pemeriksaan Khusus
a.
tes sensorik
1. fisioterapi memberikan rangsangan dengan mencubit pasien,kemudian di lihat reaksi dari
mimik wajahnya
Hasil :
Normal
b.
tes tonus
Fisioterapi mempalpasi muscle belly pada ke empat anggota gerak
Hasil : Keadaan otot normal
c.
tes refleks
Refleks Dalam :
KPR Hasil : Normal
APR Hasil : Normal
Refleks Super Fisial : Reflek Kornea Hasil : Normal
Refleks Patologis :
Babynsky Hasil : Normal
Caddock Hasil : Normal
d.
tes keseimbangan
Tes keadaan Duduk :
pasien dalam posisi duduk kemudian fisioterapis
mendorong tubuh anak kekiri, kekanan, kedepan, dan kebelakang.
Hasil : Normal dengan Timbul sikap perlawanan (proteksi
diri) dan merasa terganggu atas pelaksanaan tes
Tes keadaan berdiri : pasien dalam posisi berdiri kemudian
fisioterapis mendorong tubuh anak kekiri, kekanan, kedepan, dan kebelakang.
Hasil : Normal dengan Timbul sikap perlawanan (proteksi
diri) dan merasa terganggu atas pelaksanaan tes
e.
tes kognitif
Pasien diminta untuk bercerita/ditanya tentang dirinya.
Hasil : anak
tidak menimbulkan respon.
f. Tes Koordinasi
Pasien diminta untuk mengikuti instruksi dari
fisioterapis
Hasil :
Anak belum mampu mengikuti dengan baik
g. Tes Gerak Fungsi Dasar
Pasien diminta untuk melakukan beberapa gerakan
aktif misalnya seperti Fleksi-Ekstensi
Hasil :
Tidak bisa di lakukan karena anak cenderung cuek dengan perintah fisioterapi
Fisioterapis melakukan beberapa gerakan pasif
seperti Fleksi-Ekstensi
Hasil :Normal
C. Diagnosa Fisioterapi
“Gangguan
Tumbuh Kembang akibat Attantion Defisit
Disorder .”
D. Problematik Fisioterapi
1.
Hilangnya
konsentrasi dan perhatian
2.
Ganguan keseimbangan
3.
Gangguan ADL
E. Tujuan Fisioterapi
1.
Tujuan jangka panjang
a. Meningkatkan kapasitas fisik
dan kapasitas fungsional anak
b. Memperbaiki kemampuan ADL
2.
Tujuan jangka pendek
a.
Meningkatkan konsentrasi serta perhatian anak
b.
Memperbaiki keseimbangan
c.
Memperbaiki postur
F. Intervensi Fisioterapi
Peran fisioterapi pada anak-anak dengan Attantion Defisit Hyperactive Disorder(ADHD) itu biasanya kita memfasilitasi dan mengarahkan ke aktifitas yg
punya tujuan ke fungsi dan gerak
1.
Bermain
Tujuan :
Memberi rasa aman dan nyaman kepada pasien serta menjaga ketenangan pasien
Teknik :
Fisioterapis mencoba berkomunikasi dan memberikan beberapa mainan untuk
merangsang tingkah laku dari pasien
2. Latihan sensorik
Pasien dilatih dengan dibantu oleh fisioterapis, fisioterapis menjepit-jepitkan penjepit pada bagian anggota
tubuh pasien.untuk sensoris halus terapis menyikatkan sikat yang bagian kasar maupun
halus untuk melihat reaksi sensorik. Bisa juga memberikan stiker dan lihat
reaksi pasien
3.
Latihan
Koordinasi
Tujuan : Meningkatkan Koordinasi
Bagian :
Motorik Kasar (Berjalan, dan berlari)
Motorik Halus (Memegang Objek, atau menyusun
balok )
Teknik :
Motori Kasar :
Terapis mengajak pasien untuk berjalan ataupun berlari
Motorik Halus :
Pasien dalam keadaan duduk dan diajak bermain, seperti memindahkan benda ke tempat nya atau
mengeluarkan benda pada tempatnya dengan suara fisioterapis agak besar dan
lantang dengan memberi contoh jelas terlebih dahulu.
4.
Latihan
Melompat
Tujuan : Untuk Meningkatkan keseimbangan.
Teknik : Pasien diminta untuk berdiri diatas Trampolia dan bermain
bersama terapis dengan cara melompat
5.
Latihan berjalan dan naik tangga.
Tujuan : Untuk melatih keberaniannya
Teknik : Pasien dilatih berjalan diparaler bar kemudian di
letakan beberapa meja untuk merangsang anak bisa berjalan melewati jalur yang
sudah di berikan tangga.diminta naik kemudian turun.
Evaluasi
1.
Sesaat
Pasien nampak lelah dan berkeringat
2.
Berkala
Perkembangan pasien belum terlalu banyak. Pasien belum mampu berkoordinasi dengan baik disertai keseimbangan
dan fokus anak yang masih kurang bagus
Follow
UP
NO
|
Hari/tanggal
|
Problematik
|
Interverensi
|
Evaluasi
|
1
|
Kamis, 24 Oktober 2013
|
-
Gangguan
Koordinasi
-
Kurangnya
kemampuan konsentrasi
-
Ganguan
keseimbangan
-
Gangguan
ADL
|
-
Bermain
-
Latihan Membongkar/Memindahkan
barang
-
Latihan
melompat
-
Latihan
melompat
-
Latihan
berjalan serta naik turun tangga
|
-
Konsentrasi
masih buruk
-
Komunikasi
masih kurang
-
Keseimbangan
masih kurang
-
Melompat
tidak berani
-
Naik dan
turun tangga masih takut
|
2
|
Sabtu, 26 Oktober 2013
|
-
Gangguan
Koordinasi
-
Kurangnya
kemampuan konsentrasi
-
Ganguan
keseimbangan
-
Gangguan
ADL
|
-
Bermain
-
Latihan Membongkar/Memindahkan
barang
-
Latihan
melompat
-
Latihan
melompat
-
Latihan
berjalan serta naik turun tangga
|
-
Konsentrasi
masih kurang, tapi dalam 3 tahap permainan mulai bisa di ikuti
-
Komunikasi
masih kurang
-
Keseimbangan
masih kurang
-
Melompat
tidak berani
-
Naik dan
turun tangga kurang takut tapi dengan dibantu terapis
|
3
|
Selasa, 29 Oktober 2013
|
-
Gangguan
Koordinasi
-
Kurangnya
kemampuan konsentrasi
-
Ganguan
keseimbangan
-
Gangguan
ADL
|
-
Bermain
-
Latihan Membongkar/Memindahkan
barang
-
Latihan
melompat
-
Latihan
berjalan serta naik turun tangga
|
-
Konsentrasi
masih buruk
-
Dapat
mengikuti beberapa main dalam 10x pengulangan hanya 2 kali bisa dia ikuti
-
Komunikasi
masih kurang
-
Keseimbangan
masih kurang
-
Melompat
harus di dengan fisioterapis
-
Naik turun
tangga tidak terlalu takut,tapi masih dengan waktu yang lama untuk turun dari
tangga
|
Laporan Praktek Klinik
Yayasan Penyandang Anak Cacat Makassar
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA GANGGUAN TUMBUH KEMBANG AKIBAT ATTENTION DEFICIT DISORDER

OLEH :
Muhammad
Yusrin Al Gifari
PO.71.3.241.11.1.024
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN
FISIOTERAPI
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktek
klinik dengan judul “Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Gangguan Tumbuh Kembang Akibat Attention Deficit Disorder ” telah disetujui sebagai syarat telah menyelesaikan praktek klinik
di YPAC Makassar yang dimulai pada tanggal 8 Oktober – 2 November 2013.
Makassar, 28 Oktober 2013
Mengetahui :
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
Dwi Rustianto, S.Ft.Physio Drs. H. Anwar sarman, M. Kes
NIP.19550405 197702 1 002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar