Senin, 13 Januari 2014

“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Dorso Fleksi tungkai bawah dextra Akibat NHS”



LEMBAR PENGESAHAN

Laporan klinik dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada  Gangguan Dorso Fleksi tungkai bawah dextra Akibat NHS ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan bahwa telah mengikuti praktek klinik fisioterapi di RS Haji Ujungpandang.





                                                            Makassar, 12 Desember 2013



Mengetahui :
Pembimbing Klinik                                         Pembimbing Akademik




Hj. Asmida,S.St.Ft, SKM                            Andi Halimah, S.St.Ft, M.Adm.Kes
NIP.19720812 199703 2 005                         NIP.19661005 199103 2 004



BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu penyakit non infeksi yang berkembang saat ini adalah penyakit atau gangguan sistem peredaran darah yang menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat dan lebih lanjut menyebabkan kelumpuhan pada sebagian anggota badan dan wajah sehingga menurunkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.
Interfensi fisioterapi dan kerjasama dengan tenaga medis dan paramedis lainnya pada kasus-kasus seperti ini sangat dibutuhkan, baik selama pasien dirawat di RS maupun setelah kembali di keluarganya.
Dalam hubungannya dengan penulisan laporan klinik yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada  Gangguan Dorsol Fleksi tungkai dextra Akibat Hemipharese Post Stroke NHS”, masalah yang timbul adalah :
1.      Bagaimana proses patologi stroke sehingga dapat menimbulkan hemipharese ?
2.      Bagaimana Hemipharese bisa menyebabkan gangguan dorso fleksi tungkai ?
3.      Penanganan fisioterapi pada pasien hemipharese pasca stroke dengan gangguan dorso fleksi tungkai menggunakan berbagai modalitas Fisioterapi yang ada.
Hemipharese merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya kelumpuhan separuh badan, wajah, lengan, dan tungkai berupa gangguan motorik dan gerakan ADL lainnya. Sehingga kadang kala menimbulkan gangguan pada pola berjalan pasien,  gangguan yang didapat pasien tidak mampu melakukan dorso fleksi tungkai sehingga irama berjalan yang sesuai dengan gait analisis akan hilang.
Dalam penulisan laporan klinik ini penulis akan membahas tentang Penatalaksanaan Fisioterapi pada  Gangguan Dorsol Fleksi tungkai dextra Akibat Hemipharese Post Stroke NHS dengan berbagai modalitas fisioterapi yang ada.


BAB II
ANATOMI TERAPAN

Susunan saraf pusat meliputi :
Ø  Otak
Terletak di rongga tengkorak ( cavum cranii ) dan bertanggung jawab dalam mengurus organ dan jaringan untuk daerah kepala dan leher. Di dalam rongga tengkorak otak dibagi atas otak besar ( cerebrum ) dan otak kecil ( cerebellum ).
Ø  Medula spinalis
Sumsum tulang belakang yang terletak dalam canalis vertebralis yang dimulai dari foramen magnum hingga setinggi VL1. Dari medulla spinalis ini keluar saraf spinalis ( nervi spinalis ) yang terdiri dari 31 pasang saraf yang melalui canalis vertabralis. Pada orang dewasa medulla spinalis panjangnya sekitar 40-45 cm. Pada ujung serabut saraf spinal yang masuk ke dalam MS melalui bagian posterior didapatkan ganglion radiks dorsalis yang merupakan ganglion sensoris. Pembungkus paling dalam ddisebut piameter dan paling luar disebut durameter, diantara piameter dan durameter yaitu aracnoidea.
Cabang-cabang plexus lumbosacralis yang merupakan perpanjangan medulla spinalis dan mengurus persarafan dari tungkai. Diregio lumbosacralis, radix saraf berjalan turun hampir vertical untuk keluar canalis vertebralis yang meliputi :
Ø  Arthrogen
Ø  Ryogenik dan neurologic
Ø  Sirkulasi darah Medula spinalis
Ø  Motorik



Saraf memiliki tipe-tipe tertentu sebagai berikut :
a.       Tipe saraf Ia          :  bertanggung jawab untuk sensasi otak.
b.      Tipe saraf Ib          :  bertanggung jawab untuk sensasi tendon.
c.       Tipe saraf II          : bermyelin tebal, depresor noxe, reaksi sensasi nyaman dan halus.
d.      Tipe saraf IIIa       : bermyelin tebal, depresor noxe, reaksi sensasi  nyaman dan kasar.
e.       Tipe saraf IIIb       : tidak bermyelin, supresor noxe, Chemosensor di otot.
f.        Tipe saraf Iva        : tidak bermyelin, letak jaringan kulit dan lunak

Selama berjalan, ada 3 tugas fungsional berjalan yang harus diselesaikan yaitu :
1.      Forward Progression
Agar tubuh dapat bergerak ke depan dengan pola berjalan yang halus dan ekonomis, maka dibutuhkan 3 fungsi yaitu :
w  Shock absorption : diperlukan adanya transfer atau perpindahan berat tubuh yang cepat ke kaki yang bergerak ke depan
w  Momentum kontrol : diperlukan kontrol stabilitas pada tungkai sebagai penumpuan berat tubuh dari interaksi sistem persarafan dan kerja otot.
w  Forward propultion : diperlukan gaya yang cukup dari sekelompok otot untuk mendorong tubuh bergerak ke depan.
2.      Single Limb Balance
Selama berjalan, pada saat satu tungkai terayun ke depan untuk bergerak maka tungkai yang lain harus mampu menyeimbangkan tubuhnya. Pada saat itu tubuh dalam keadaan off-balance karena hilangnya satu tungkai yang menyanggah. Dalam keadaan ini, seseorang akan jatuh kecuali :


w  Ada gaya yang besar dari otot abduktor hip untuk mempertahankan tubuh
w  Dia memiringkan tubuhnya kearah lateral di atas tungkai yang menumpu.
3.      Limb Length Adjustment
Pada saat terjadi perubahan posisi diperlukan perubahan panjang dari kedua tungkai sehingga kaki dapat mencapai tanah dengan mudah, dimana tungkai bagian depan diarahkan untuk lurus sedangkan tungkai bagian belakang harus membengkok. Dengan demikian tungkai (extremitas inferior) yang bergerak ke depan untuk mengambil suatu langkah harus lebih panjang daripada tungkai yang di belakang.
Fase-fase berjalan meliputi sebagai berikut
1. Stance Phase ( Fase Menumpuh )
a.       Heel Strike
Otot – otot yang    bekerja/berkontraksi pada saat heel strike yaitu : M. Soleus, M. Gastrocnemius, M. Tibialis Posterior, M. Peroneus Longus.
b.      Foot Flat
Otot – otot yang bekerja/berkontraksi pada saat foot flat yaitu : M.Tibialis Anterior.
c.       Mid Stance
Otot – otot yang bekerja/berkontraksi pada saat mid stance  yaitu : M. Gastrocnemius, M. Tibialis Anterior, M.Peroneus Longus, M.Soleus, M. Ekstensor Halucis longus, M.ekstensor halucis brevis, M.ekstensor digitorum brevis , M. ekstensor digitorum longus.
d.      Heel Off
Otot – otot yang bekerja/berkontraksi pada saat heel off  yaitu : M. Tibialis anterior, M. Ekstensor Halucis longus, M.ekstensor halucis brevis, M.ekstensor digitorum brevis , M. ekstensor digitorum longus.
e.       Toe off
Otot – otot yang bekerja/berkontraksi pada saat toe off  yaitu : M. Semimembranosus, M. Semitendinosus, M.Gracilis.
2.   Swing Phase ( Fase Mengayun )
a.       Acceleration
Otot – otot yang bekerja/berkontraksi pada saat acceleration yaitu : M. Semimembranosus, M. Semitendinosus, M.Gracilis.
b.      Mid Swing
Otot – otot yang bekerja/berkontraksi pada saat mid swing  yaitu : M.Rectus Femoris, M.Vastus lateralis, M.vastus medialis, M. Iliopsoas, M.Sartorius, M. Tensor Fascia latae.
c.       Deccelaration
Otot – otot yang bekerja/berkontraksi pada saat deccelaration yaitu : M.Tibialis Anterior.


BAB III
PATOLOGI TERAPAN

A.    Pengetian
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak. Gangguan peredaran darah dapat berupa Iskemia, yaitu aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian daerah di otak dan perdarahan yang biasanya terjadi karena dinding pembuluh darah robek. Seperti bagian-bagian tubuh lainnya, otak mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah agar dapat mempertahankan fungsinya secara normal. Gangguan peredaran darah ini mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel otak (disebut infark). Adapun pengertian lain yaitu suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (WHO,1995)
 Otak membutuhkan sangat banyak oksigen. Bila suplai oksigen terputus selama 8-10 detik sudah terjadi gangguan fungsi otak. Bila suplai oksigen terputus lebih dari 6-8 menit, maka terjadi kerusakan otak yang tidak dapat pulih/menetap. Faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak adalah: keadaan pembuluh darah, keadaan darah dan keadaan jantung. Gejala utama stroke adalah timbulnya gangguan saraf secara mendadak seperti yang telah disebutkan di atas. Derajat keparahan bervariasi dari yang ringan sampai berat. Gejala stroke yang mula-mula ringan saja dapat kemudian memberat dalam beberapa jam atau hari. Itulah sebabnya gejala stroke tidak boleh diabaikan walaupun pada awalnya ringan.
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular. Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi :

1.      Stroke perdarahan atau strok hemoragik

2.      Strok iskemik atau stroke non hemoragik

Pembedaan menjadi 2 macam stroke tersebut karena antara keduanya memang terdapat perbedaan dalam hal patologi, faktor resiko, cara pengobatan, dan prognosisnya.  Stroke non hemoragik atau yang disebut juga stroke iskemik didefinisikan secara patologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat sedangkan stroke hemoragik merupakan kematian jaringan otak di karenakan pecahnya pembuluh darah yang mengantarkan darah ke otak.
Jalan  adalah salah satu cara dari ambulasi,merupakan  Bipedal, tegak dan bidang tumpu relatif kecil, gerakan yang tidak stabil dan Jalan normal/efektif hanya membutuhkan sedikit kerja otot-otot tungkai. Pola-pola berjalan fase menapak /stance phase (60%): heel strike atau heel on, foot flat, mid stance, heel off dan diakhiri dengan toe off atau ball off (initial contact, loading response, midstance, terminal stance dan preswing)
Fase mengayun /swing phase (40%): toe off, swing dan diakhir dengan heel strike (initial swing, midswing dan terminal swing). Fase dua kaki di lantai (double support), berlangsung singkat .
B.     Patofisiologi
Iskemia otak ialah gangguan aliran darah otak (ADO) yang membahayakan fungsi neuron tanpa perubahan yang menetap. Bila ADO turun pada batas kritis yaitu 18 ml/100 gr otak/menit maka akan terjadi penekanan aktivitas neural tanpa perubahan struktural dari sel. Daerah otak dengan keadaan ini dikenal sebagai penumbra sistemik. Disini sel relatif inaktif tapi masih viable. Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan natrium pada substansia grisea dan setelah 12-48 jam terjadi kenaikan yang progresif dari kadar air dan natrium pada substansia alba, sehingga memperberat edem otak dan meningkatkan tekanan intrakranial. Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut akan mengalami iskemia berat sampai infark.
                  Dengan bertambahnya usia, DM, hipertensi, dan merokok merupakan faktor terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis sendiri merupakan kombinasi dari perubahan tunika intima dengan penumpukan lemak, komposisi darah maupun deposit kalsium dan disertai pula perubahan pada tunika media di pembuluh darah besar yang menyebabkan permukaan menjadi tidak rata. Pada saat aliran darah lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan (trombosis). Untuk pembuluh darah kecil dan arteriol, terjadi penumpukan lipohialinosis yang dapat mengakibatkan mikroinfark.
                  Untuk penderita stroke biasanya kemampuan fisik tidak sepenuhnya normal, akan meningalkan sisa apalagi pasien yang setelah merasa sembuh tidak ingin lagi menjalani terapi, padahal ada beberapa komponen yang harus selalu diperhatikan salah satunya adalah pola berjalan. Gangguan berjalan pada penderita post stroke seringkali dianggap biasa bagi penderita padahal sesuai dengan falsafah sehat pasien masih termasuk golongan cacat. Dimana perlu beberapa latihan yang harus dijalani untuk memaksimalkan angggota gerak.
                  Komponen pada saat berjalan Fase menapak adalah Ekstensi sendi panggul (hip) kemudian Geseran ke arah horizontal - lateral pada pelvis dan trunk disertai Fleksi lutut sekitar 15o pada awal heel strike, dilanjutkan dengan ekstensi dan fleksi lagi sebelum toe off.
                  Fase mengayun dimulai dari fleksi lutut dengan diawali ekstensi hip kemudian lateral pelvic tilt kearah  bawah pada saat toe off dan Fleksi hip di ikuti Rotasi pelvis ke depan saat tungkai terayun kemudian ekstensi lutut dan dorsifleksi ankle dengan cepat sesaat sebelum heel strike.
                  Ada beberapa kretaria berjalan secara normal yang baik adalah  
*      Aman
*      Relatif tidak membutuhkan banyak energi
*      Secara kosmetika bagus
*      Tanpa bantuan tongkat/tripot sehingga lengan & tangan bebas
*      Merupakan reaksi otomatis
Analisa pola berjalan pada pasien pasca stroke biasa mengalami fase menapak tungkai sisi sakit di iringi fase mengayun tungkai sisi sakit. Adaptasi jalan sekunder mereka adalah Berkurangya amplitudo gerakan, berkurangnya dan atau tidak seimbangnya step length dan stride length, bertambahnya stride width, berkurangnya kecepatan atau meningkatnya waktu tempuh, meningkatnya pemanfaatan lengan sebagai support dan keseimbangan (misalnya memakai alat bantu)


BAB IV
STATUS KLINIK

A.    Data-Data Medis Rumah Sakit
a.       Diagnosa medis                                   : Hemipharese dextra
b.      Catatan Klinis                                     : Medikal mentosa
B.     Pemeriksaan Fisioterapi
A.    Anamnesis
a.       Anamnesis Umum
Nama                                       : Chairudin Khalik
Umur                                       : 54 tahun
Alamat                                                            : Jl. Nuri no 99
Jenis kelamin                           : Laki-laki
Agama                                     : Islam
Pekerjaan                                 : PNS
b.      Anamnesis Khusus
            Keluhan Utama                      : Lemah separuh badan disertai ketidak mampuan Dorso Fleksi Tungkai Kanan
                     Letak keluhan                         : sisi kanan badan
                     Kapan terjadi                          : 21 Oktober 2013
                                    Riwayat penyakit                    : ± Beberapa bulan yang lalu bapa mengkonsumsi daging berlebihan berturut-turut selang 2 hari sehingga kemudian mengalami kelemahan sebelah bagian anggota tubuh,tidak disertai anas tinggi nyeri dan pusing dengan tekanan darah pada waktu itu 160/90 mmHg dan kolestrol >200  bapa mengalami rawat inap selama 8 hari dan menjalani proses fisioterapi di bangsal dengan nilai otot pada saat itu 2 dan sampai sekarang masih menjalani proses Fisioterapi dipoli.
                     Riwayat penyakit dahulu        : Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan hemiparese sebelumnya.
                     Riwayat penyakit penyerta     : Pasien memiliki riwayat keluarga stroke (Ibu dan saudara pria pasien),
c.    Anamnesis Sistem
a. Kepala dan leher                       : Dalam Batas Normal
b. Kardiovaskuler                          : Dalam Batas Normal
c. Respirasi                                    : Dalam Batas Normal
f. Musculoskeletal                        : Kelemahan pada ekstremitas dextra.
d.      Pemeriksaan Fisik
a)      Vital Sign pada tanggal 3 Desember 2013
§  Tekanan Darah            :  130/80 mmHg
§  Denyut Nadi               : 80 x/menit
§  Pernapasan                  : 20 x/menit
§  Temperatur                  : 360 C
b)   Inspeksi                      
1.      Statis                           :
·         Wajah pasien tidak lagi cemas
·         Tidak terlihat pembengkakan, bahu simetris tidak ada skoliosi tulang belakang dan skapula normal


ð  Dinamis                           :
o   Pasien berjalan masuk ke dalam poli fisioterapi dengan tungkai kanan yang tidak mampu melakukan dorsal fleksi dan sedikit Inversi
B.     Pemeriksaan Spesifik
a.       Tes sensorik
- tes tajam tumpul             : normal
- tes panas dingin              : normal                      
- tes diskriminasi 2 titik     : normal
- tes rasa gerak                  : normal
b.      Tes motorik                                                                      
ð  reaksi keseimbangan normal dalam posisi duduk maupun berdiri
ð  pasien sudah mampu memutar badan, duduk berdiri dan berjalan
ð  ADL                    
-          ADL makan dan minum         : Normal
-          ADL berpakaian                     : Normal
-          ADL berjalan                          : Normal
ð  MMT
GROUP OTOT
KIRI
Kanan
Fleksi Shoulder
5
4
Ekstensi Shoulder
5
4
Abduksi Shoulder
5
4
Adduksi Shoulder
5
4
Eksorotasi
5
4
Endorotasi
5
4
Fleksi Elbow
5
4
Ekstensi Elbow
5
4
Supinasi Elbow
5
4
Pronasi Elbow
5
4
Fleksi Wrist
5
4
Ekstensi Wrist
5
4
Abduksi Fingger
5
4
Adduksi Fingger
5
4
Radial Deviasi
5
4
Ulnar Deviasi
5
4
Oposisi
5
4
Reposisi
5
4
Fleksi Hip
5
4
Ekstensi Hip
5
4
Abduksi Hip
5
4
Adduksi Hip
5
4
Eksorotasi Hip
5
4
Endorotasi Hip
5
4
Fleksi Knee
5
4
Ekstensi Knee
5
4
Dorso Fleksi Ankle
5
3
Plantar Fleksi Ankle
5
4
Inversi
5
4
Eversi
5
3
c.       Tes Refleks
ð  Biceps refleks        : Dalam Batas Normal
ð  Triceps refleks       : Dalam Batas Normal
ð  KPR                      : Dalam Batas Normal
ð  APR                      : Dalam Batas Normal

d.   Tes Tonus
Teknik I     : Fisioterapis mempalpasi serta membandingkan Muscle belly per grub otot yang dalam batas normal serta mengalami gangguan mulai dari ekstremitas superior ke ekstremitas inferior
Hasil          : Dalam Batas Normal
Teknik II   : Fisioterapis melakukan gerakan cepat kelambat pada grub otot disetiap gerakan yang dalam batas normal serta mengalami gangguan mulai dari ekstremitas superior ke ekstremitas inferior
Hasil          : Pada anggota gerak dan tubuh pasien bagian dextra terdapat sedikit kelemahan dalam mempertahankan posisi
e.    Tes Koordinasi
§  Fingger to Fingger                   : Gangguan Irama Gerakan
§  Fingger to nose                        : Gangguan Irama Gerakan
§  Fingger to therapis Fingger     : Gangguan Irama Gerakan
§  Heel to knee                            : Gangguan Irama Gerakan
C.    Diagnosis Fisioterapi
       “Gangguan Dorso Fleksi tungkai bawah dextra akibat NHS
D.    Problematik FT
·         Kelemahan otot untuk Dorso Fleksi tungkai bawah dextra
·         Gangguan  ADL berjalan
E.     Program Rencana Tindakan Fisioterapi
            1.  Tujuan       
ð  Memperkuat otot
ð  Memperbaiki cara berjalan



F.     Intervensi Fisioterapi
ð  SWD
Tujuan    :   sebagai preliminary excersice dan memberikan pengaruh panas pada saraf yang di inervasi,Th 4 dan Th 12 sebagai pengantar ke ekstremitas superior dan ekstremitas inferior
F             :   sekali dalam setiap kehadiran
I              :   40-60 Hz
T             :   Kontak langsung
T             :   10 menit
Teknik    : Fisioterapis miminta pasien berbaring miring kemudian di pasangkan Ped padaTh 4 dan Th 12 kemudian di minta berbaring kembali terlentang, setting waktu dan kemudian atur intensitasnya.
ð  PNF
Tujuan    : meningkatkan koordinasi dan kekuatan otot
Approksimasi     : Menigkatkan stabilisasi respon muskular terutama kontraksi isometris
Pada Ekstremitas Superior
                Fleksi - Abduksi – Eksorotasi
                Ekstensi – Adduksi – Endorotasi
                Fleksi – Abduksi – Eksorotasi dengan elbow fleksi
                Ekstensi – Adduksi – Endorotasi dengan elbow ekstensi
Pada Ekstremitas Inferior
               Fleksi - Abduksi – Eksorotasi
               Ekstensi – Adduksi – Endorotasi
F             : sekali dalam setiap kehadiran
I              : toleransi pasien
T             : kontak langsung
T             : 6 kali repetisi
Teknik : fisioterapis memberikan latihan penguatan dengan melibatkan beberapa gerakan di persendian dengan pola-pola yang diterapkan.
ð  Balance exercise dan bridging excersice
Tujuan    : meningkatkan reaksi keseimbangan
F             : Sekali pada saat kunjungan
I              : toleransi pasien
T             : kontak langsung
T             : 6 kali repetisi
Teknik : pasien diminta menekuk lututnya kemudian mengangkat panggul ke atas dalam beberapa waktu. Bisa disertai membuka dan menjepit paha diikuti tahanan oleh fisioterapis. Pasien juga diminta untuk berdiri dan menahan dorongan kecil oleh fisioterapis.
ð  Latihan Berjalan
Tujuan    : meningkatkan kemampuan berjalannya
F             : Setiap kali kunjungan
I              : toleransi pasien
T             :  kontak langsung
T             : 6 kali repetisi
Teknik : pasien diminta untuk melakukan gerakan Berjalan sesuai dengan Gait Analisis pada saat ini Fisioterapis bisa memberikan Support mental agar pasien merasa termotivasi untuk merubah cara berjalannya.
ð  Education Pasien
Tujuan    : Melatih pasien untuk mengatur pola berjalan dan bisa dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari dirumah
Teknik    : Latihan komponen yang hilang dimana sebelumnya fisioterapis telah mengajarkannya.. Pemakaian alat bantu sebaiknya tidak dianjurkan, kecuali sangat diperlukan.

G.    Prognosis
Quo ad vitam  (sembuh dan hidup)                            : baik
Quo ad sanam (sembuh tapi cacat)                             : baik
Quo ad fungsionam (sembuh dan fungsional)            : sedang
Quo ad cosmeticam (sembuh  tanpa cacat)                 : baik
      H.  Evaluasi
1. Evaluasi sesaat        :  Pasien nampak lelah setelah latihan
2. Evaluasi berkala      : Setelah beberapa hari, perkembangan keadaan pasien bisa dilihat melalui follow up


FOLLOW UP
No.
Hari / Tanggal
Problematik
Intervensi
Evaluasi
1.
Kamis, 21 November 2013
·      Kelemahan otot.
·      Gangguan ADL Berjalan
-  SWD
-  PNF
- Balance exercise dan Bridging Excersice
- Latihan Berjalan
- Education
Kekuatan otot lengan dan tungkai masih sedang,
Belum mampu dorso fleksi tungkai,
2.
Kamis, 28 November 2013
·      Kelemahan otot.
·      Gangguan ADL Berjalan
-  SWD
-  PNF
- Balance exercise dan Bridging Excersice
- Latihan Berjalan
- Education
Kekuatan otot lengan dan tungkai masih sedang,
Belum mampu dorso fleksi tungkai,
3.
Selasa, 3 Desember 2013
·      Kelemahan otot.
·      Gangguan ADL Berjalan
-  SWD
-  PNF
- Balance exercise dan Bridging Excersice
- Latihan Berjalan
- Education
Kekuatan otot lengan dan tungkai masih sedang,
Belum mampu dorso fleksi tungkai,
4
Kamis, 5 Desember 2013




·      Kelemahan otot.
·      Gangguan ADL Berjalan
-  SWD
-  PNF
- Balance exercise dan Bridging Excersice
- Latihan Berjalan
- Education
Kekuatan otot lengan dan tungkai masih sedang,
Belum mampu dorso fleksi tungkai,

Laporan Praktek Klinik
Rumah Sakit Umum Haji
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN DORSO FLEKSI TUNGKAI BAWAH DEXTRA AKIBAT NHS

                                           
OLEH :
Muhammad Yusrin Al Gifari
PO.71.3.241.11.1.024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN FISIOTERAPI
2013